29/07/2016

Profil dan Biografi Muhadjir Effendy, Mendikbud Baru Pengganti Anies Baswedan

Profil dan Biografi Muhadjir Effendy, Mendikbud Baru Pengganti Anies Baswedan - Presiden RI Bapak Joko Widodo secara resmi telah mengumumkan dan melantik pergantian menteri Kabinet Kerja di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (27/7/2016) siang. Salah satu menteri yang mengalami pergantian yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Mendikbud sebelumnya yang dijabat Anies Baswedan kini digantikan oleh Muhadjir Effendy. Seperti apa sosok bapak Mendikbud yang baru ini, berikut profil dan biografi Muhadjir Effendy seperti yang info ditelusuri.

Profil dan Biografi Muhadjir Effendy, Mendikbud Baru Pengganti Anies Baswedan

Profil dan Biografi Muhadjir Effendy

Dikutip dari setkab.go.id, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno yang mendapat kesempatan dalam pembacaan biografi menuturkan, Muhadjir Effendy mempunyai pengalaman dan rekam jejak yang panjang di bidang pendidikan. Beberapa kali menjadi rektor Universitas Muhammadiyah Malang, juga Ketua PP Muhammadiyah bidang kebudayaan, pendidikan, dan litbang sampai sekarang. Berpengalaman dan sekaligus telah membangun fondasi penting untuk meningkatkan prestasi lembaga-lembaga yang beliau pimpin. Bukan hanya di bidang pendidikan tinggi, Muhajir juga mengelola bidang pendidikan dan kebudayaan secara keseluruhan. "Jadi ini sudah sangat berpengalaman untuk mengelola bidang pendidikan dan kebudayaan," terang Pratikno.

Dikutip dari laman situs rektor.umm.ac.id, Muhadjir Effendy adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dikenal sebagai seorang intelektual Muslim yang memiliki kepakaran multidisipliner. Tak hanya bidang manajemen pendidikan, ia juga menguasai bidang agama, sosiologi, politik dan kemiliteran. Meski tetap setia menjadi dosen di jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Malang (UM) sebagai home base kepegawaiannya, ia juga dikenal luas sebagai tokoh pendidikan yang lahir dari rahim Persyarikatan Muhammadiyah dan mewakafkan sebagian besar waktunya untuk mengurus umat dan bangsa melalui dunia pendidikan.

Karier Muhadjir di UMM diawali sebagai karyawan honorer, dosen, dan kemudian menjadi Pembantu Rektor III pada usia yang relatif muda, pada tahun 1984 ketika rektor dijabat oleh Abdul Malik Fadjar. Lalu pada tahun 1996 ia diangkat menjadi Pembantu Rektor I. Pada periode inilah ia memegang peran penting dalam kepemimpinan UMM karena praktis harus memerankan posisi Malik Fadjar yang diangkat menjadi Dirjen Binbaga Islam, Departemen Agama RI. Pada akhirnya ia memperoleh amanah sebagai rektor sejak 2000, dan terus dipercaya baik oleh civitas akademika UMM maupun Pimpinan Pusat Muhammadiyah hingga saat ini.

Gaya kempimpinan Muhadjir di UMM yang sering berfikir out of the box tak jarang melahirkan karya-karya besar. Di bawah kepemimpinannya, UMM maju pesat dengan berbagai kepeloporan dan menjadi trend bagi pengembangan kampus-kampus lain. UMM merupakan kampus yang memulai membangun virus kewirausahaan melalui unit-unit profit center yang berhasil. Di samping itu, sebagai kampus swasta UMM justru lebih awal membangun dan mengoperasikan Rumah Sakit Pendidikan dengan swadana dan kini cukup berhasil. Sebelumnya, UMM telah menjadi contoh yang baik dalam mengembangkan energi alternatif bahkan meraih prestasi tingkat ASEAN berkat pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).

Konsep kampus wisata edukasi juga dikembangkan Muhadjir dengan membangun iklim hijau, sehat, bebas asap di kawasan kampusnya, bahkan berhasil mengakuisisi tempat wisata legendaris Taman Rekreasi Sengkaling. Mimpi Muhadjir menjadikan UMM seperti kampus nomor wahid di dunia, Harvard University, terus direalisasikan melalui langkah-langkah nyata. UMM kini menjadi kampus yang disegani dan selalu menunjukkan prestasi sejajar bahkan bisa lebih tinggi daripada kampus-kampus besar lain maupun kampus negeri.

Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) kesetiaan Muhadjir mengabdi kepada bangsa ditunjukkan hingga memperoleh tanda jasa Satyalrencana Karya Satya XX. Di kampus asalnya, UM, ia tak hanya dosen biasa tetapi juga sempat menjadi Sekretaris PR III pada 1986-1990 dan berhasil memelopori terbitnya tabloid kampus "Komunikasi" yang bertahan terbit hingga saat ini.

Doktor lulusan Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya ini memulai jenjang pendidikannya di Fakultas Tarbiyah IAIN Malang (kini bernama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) dan memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) tahun 1978. Selanjutnya ia menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosial di IKIP Negeri Malang (sekarang UM) pada 1982. Kemudian gelar Magister Administrasi Publik (MAP) ia raih dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 1996. Adapun jenjang S-3 di Unair, ia selesaikan pada 2008 dengan kepakaran di bidang sosiologi militer.

Selain pendidikan formal, Muhadjir juga beberapa kali mengikuti berbagi kursus dan workshop di luar negeri. Di antaranya yaitu long term course tentang The Management for Higher Education di Victoria University, British Columbia, Canada (1991), long term course tentang The Regional Security and Defense Policy di National Defence University, Washington DC (1993) dan The 7th Workshop of the Inter-Parliamentary Forum on Security Sector Govermance in Southeast Asia (IPF-SSG) di Davao City, Philiphines (2009).

Selain mengabdikan diri di bidang pendidikan, Muhajdir juga dikenal sebagai seorang aktivis sosial yang memiliki peran signifikan pada sejumlah organisasi dan lembaga. Di Muhammadiyah, ia pernah menjadi pengurus, mulai dari tingkat ranting hingga Pimpinan Pusat (PP). Di luar Muhammadiyah, saat ini ia juga memiliki posisi kunci pada sejumlah lembaga seperti Ketua Umum Pengurus Pusat Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS), Ketua Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Jawa Timur, dan Wakil Ketua Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS). Selain itu, ia juga tercatat sebagai anggota Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur dan anggota Dewan Research Daerah Jawa Timur.

Karena kiprahnya itu, Muhadjir sering dipercaya sebagai penasehat maupun pembina pada sejumlah organisasi. Seperti Badan Narkotika Nasional (BNN), Perhimpunan Wartawan Indonesia (PWI), Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Ikatan Sarjana Administrasi Pendidikan (ISMAPI), Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Dewan Kesenian Malang (DKM), serta Maarif Institute for Culture and Humanity. Tak heran jika saat ini pengaruhnya begitu luas. Kematangan berorganisasinya memang telah teruji saat ia belia di mana Muhadjir telah menduduki posisi penting pada sejumlah organisasi kepemudaan seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM).

Di samping kiprahnya di bidang sosial dan pendidikan, Muhadjir juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif, baik berupa artikel populer di kolom media massa, tulisan ilmiah di jurnal akademik maupun karya pemikiran dalam bentuk buku. Kemampuannya jurnalistiknya memang telah diasah sejak saat ia masih mahasiswa. Ia pernah terlibat sebagai wartawan dan redaktur pada surat kabar “Warta Mahasiswa”(Ditjen Dikti), “Mimbar” (UB), Majalah “Semesta” (Surabaya), serta Mingguan “Mahasiswa” (Surabaya). Tak heran ia kemudian menjadi aktor yang membidani lahirnya Koran Kampus ”Komunikasi” di UM dan Koran Kampus “Bestari” di UMM.

Beberapa buku yang pernah ia tulis antara lain Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan (bersama Prof. Malik Fadjar, M.Sc., UMM Press, 1989), Bunga Rampai Pendidikan (Komunikasi IKIP Malang, 1992), Masyarakat Equilibrium: Meniti Perubahan dalam Bingkai Keseimbangan (Bentang, 2002), Pedagogi Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Multidimensional (UMM Press, 2004), Profesionalisme Militer: Profesionalisme TNI (UMM Press, 2008), dan Jati Diri dan Profesi TNI: Studi Fenomenologi (UMM Press, 2009).

Ia juga memberi kontributor tulisan dan pengantar pada banyak buku, di antaranya yaitu pada buku Gaya Retorika Komunikasi Politik Prabowo (LASMI, 2009), Inilah Dahlan Itulah Dahlan (Noura Books, 2012), dan Sahabat Bicara Mahfud MD (Murai Kencana, 2013).

Muhadjir Effendy lahir di Madiun, 29 Juli 1956. Ia merupakan putra ke-6 dari 9 bersaudara dari Bapak Soeroja dan Ibu Sri Soebita. Semasa hidup, ayahnya mengabdikan diri sebagai guru madrasah, kepala desa, aktif di partai politik Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan berdedikasi di bidang kesenian tradisional sebagai seorang dalang wayang kulit. Bakat bidang seni ini menurun kepada Muhadjir yang dikenal memegang teguh filosofi pewayangan dan menyukai berbagai alat musik.

Muhadjir menikah dengan Suryan Widati, SE., MSA., Ak., CA. (dosen Politeknik Negeri Malang) dan kini telah dikaruniai tiga orang putra, yaitu Muktam Roya Azidan, Senoshaumi Hably, dan Harbantyo Ken Najjar.